Senin, 01 Desember 2014

Cloud Computing



Definisi Cloud Computing
Cloud computing merupakan sebuah arsitektur IT di mana sumber daya komputasi tersedia sebagai layanan yang dapat diakses melalui internet. Sumber daya komputasi ini bisa berupa hardware  (prosesor, memori, storage) maupun juga software/aplikasi. Kata “Cloud” sendiri merupakan perumpamaan dari kata “internet”, karena biasanya di diagram-diagram IT, internet sering disimbolkan dengan gambar Cloud (awan). Seperti diilustrasikan Forester mendefinisikannya sebagai “standar kemampuan TI, seperti perangkat lunak, platform aplikasi, atau infrastruktur, yang disediakan menggunakan teknologi Internet dengan cara swalayan dan bayar-per-pemakaian.”
Karena layanan komputasi ini tersedia di internet, maka lokasi fisik dari server-server sumber daya komputasi ini bisa di mana saja, tidak harus on-premise atau di data center kita sendiri. Saat ini ada beberapa perusahaan yang memberikan berbagai jenis layanan cloud computing, dan secara fisik sumber daya komputasi berada di data center mereka. Kita sebagai customer cukup mengkonsumsi sumber daya komputasi tersebut melalui internet tanpa tahu secara detail lokasi maupun server sumber daya komputasi yang kita pergunakan. Kita tidak usah memikirkan masalah Upgrade,kehilangan data karena hardware komputer rusak dll. Secara mudahnya diibaratkan dengan ketika kita mejadi pelanggan PLN, kita hanya perlu mendaftar, menggunakan dan membayar biaya sewa atas layanan listrik perbulannya tanpa harus memelihara listrik dan memperbaikinya sendiri apabila terjadi kesalahan. Dalam hal tersebut tentunya telah menjadi tanggung jawab penyedia layanan listrik(PLN), begitu pula dengan Cloud Computing.
Sejarah Cloud Computing
Cloud computing adalah hasil dari evolusi bertahap di mana sebelumnya terjadi fenomena grid computing, virtualisasi, application service provision (ASP) dan Software as a Service (SaaS). Konsep penyatuan computing resources melalui jaringan global sendiri dimulai pada tahun enam puluhan. Saat itu muncul “Intergalactic computer network” oleh J.C.R. Licklider, yang bertanggung jawab atas pembangunan ARPANET  (Advanced Research Projects Agency Network) di tahun 1969.  Beliau memiliki sebuah cita-cita di mana setiap manusia di dunia ini dapat terhubung dan bisa mengakses program dan data dari situs manapun, di manapun. Menurut Margaret Lewis, Direktur Marketing Produk AMD. “Cita-cita itu terdengar mirip dengan apa yang kini kita disebut dengan cloud computing”. Para pakar komputasi lainnya juga memberikan penambahan terhadap konsep ini, di antaranya John McCarthy yang menawarkan ide mengenai jaringan komputasi yang akan menjadi infrastruktur publik, sama seperti the service bureaus yang sudah ada sejak tahun enam puluhan.
Semenjak tahun enam puluhan, cloud computing telah berkembang berdampingan dengan perkembangan Internet dan Web. Namun karena terjadi perubahan teknologi bandwidth yang cukup besar pada tahun 1990-an, maka Internet lebih dulu berkembang dibanding cloud computing.  Dan kini teryata terlihat bahwa pendorong utama cloud computing adalah karena adanya revolusi Internet. Salah satu batu loncatan yang cukup drastis adalah dengan adanya Salesforce.com di tahun 1999, yang merupakan pencetus pertama aplikasi perusahaan dijalankan melalui Internet. Perkembangan berikutnya adalah adanya Amazon Web Services di tahun 2006, di mana  dengan teknologi Elastic Compute Cloud (EC2), terdapat situs layanan web yang di komersialkan yang memungkinkan perusahaan kecil dan individu untuk menyewa komputer atau server, agar dapat menjalankan aplikasi komputer mereka.
Batu lompatan besar lainnya datang di tahun 2009 dengan Web 2.0 mencapai puncaknya. Google dan lainnya memulai untuk menawarkan aplikasi browser-based untuk perusahaan besar, seperti Google Apps. “Kontribusi yang paling penting dari komputasi cloud adalah munculnya “killer apps” dari penguasa teknologi seperti Microsoft dan Google. Ketika perusahaan tersebut mengirimkan layanan dalam bentuk yang mudah untuk di konsumsi, efek penerimaannya menjadi sangat luas”, menurut Dan Germain, Chief Technology IT provider Cobweb Solution. “Faktor utama lainnya yang mempengaruhi berkembangnya komputasi cloud antara lain matangnya teknologi visual, perkembangan universal banwidth berkecepatan tinggi, dan perangkat lunak universal”, menurut Jamie Turner sang pelopor komputasi cloud.  Turner menambahkan, “cloud computing sudah menyebar luas hingga kepada para pengguna Google Doc. Kita hanya dapat membayangkan betapa besarnya ruang lingkup yang sudah di capai. Apa saja dapat di lakukan dan dikirimkan melalui cloud”.
Kelebihan Cloud Computing
  1. Menghemat biaya investasi awal untuk pembelian sumber daya.
  2. Bisa menghemat waktu sehingga perusahaan bisa langsung fokus ke profit dan berkembang dengan cepat.
  3. Membuat operasional dan manajemen lebih mudah karena sistem pribadi/perusahaan yang tersambung dalam satu cloud dapat dimonitor dan diatur dengan mudah.
  4. Menjadikan kolaborasi yang terpercaya dan lebih ramping.
  5. Mengehemat biaya operasional pada saat realibilitas ingin ditingkatkan dan kritikal sistem informasi yang dibangun.
Kekurangan Cloud Computing
Komputer akan menjadi lambat atau tidak bisa dipakai sama sekali jika internet bermasalah atau kelebihan beban. Dan juga perusahaan yang menyewa layanan dari cloud computing tidak punya akses langsung ke sumber daya. Jadi, semua tergantung dari kondisi vendor/penyedia layanan cloud computing. Jika server vendor rusak atau punya layanan backup yang buruk, maka perusahaan akan mengalami kerugian besar.

3 jenis layanan pada cloud computing

1. Software as a Service (SaaS)

Pada layanan ini, user hanya cukup memanfaatkan aplikasi yang tersedia di layanan. contoh aplikasinya Pixlr, iPiccy, 3D tin, C++ tutorial, Google doc dll. jika anda menggunakan browser Google Chrome, beberapa aplikasi tersebut dapat ditemukan di Web storenya (chrome.google.com), anda cukup menginstall aplikasi tersebut pada browser anda, atau dengan kata lain dapat digunakan secara (gratis).
Selain contoh aplikasi gratis diatas ,ada pula yang berbayar. Seperti contohnya di dunia bisnis, kita mungkin familiar dengan SalesForce.com atau Microsoft CRM yang merupakan layanan aplikasi CRM. Pada layanan SaaS, perusahaan tidak perlu setup hardware dan software CRM di server sendiri. Cukup berlangganan SalesForce.com maupun Microsoft CRM, kita bisa menggunakan aplikasi CRM  kapan dan dari mana saja melalui internet. Kita tidak perlu melakukan investasi server maupun aplikasi. Kita juga akan selalu mendapat aplikasi terbaru jika terjadi upgrade. Dalam hal ini, kita benar-benar hanya tinggal menggunakan aplikasi tersebut. Pembayaran biasanya dilakukan bulanan, dan sesuai jumlah pemakai aplikasi tersebut. Dengan kata lain, pay as you go, pay per use, per seat.
Semua layanan ini/suatu aplikasi software tersedia dan bisa langsung dipakai oleh seorang pengguna,  termasuk ke dalam kategori Software as a Services (SaaS). Secara sederhana, kita langsung mengkonsumsi layanan aplikasi yang ditawarkan.

2. Platform as a Service (PaaS)

PaaS adalah model layanan yang menyediakan semua hal yang dibutuhkan untuk mengembangkan / develop sebuah aplikasi pada cloud. PaaS menawarkan fasilitas untuk mengembangkan, testing, deployment, hingga maintenance aplikasi tanpa harus membeli infrastruktur dan software environment (Operating System)
Pada layanan ini, perusahaan layanan cloud computing menyediakan semua infrastruktur yang diperlukan untuk menjalankan aplikasi melalui Internet. Sama seperti pelanggan air/listrik, cukup membayar berapa banyak air/listrik yang mereka pakai dalam sebulan. PaaS didasarkan pada pengukuran atau model berlangganan sehingga pengguna hanya membayar untuk apa yang mereka gunakan. Dengan departemen PaaS, ISV dan perusahaan TI dapat fokus pada inovasi, bukan infrastruktur kompleks. Dengan memanfaatkan PaaS, organisasi dapat mengarahkan sebagian besar anggaran mereka untuk menciptakan aplikasi yang memberikan nilai bisnis yang nyata. Model ini mendorong era baru untuk berinovasi. Pengembang di seluruh dunia dapat mengakses daya komputasi terbatas. Sekarang, siapa saja yang terhubung dengan koneksi internet dapat membangun aplikasi yang kuat dan mudah menyebarkan mereka ke pengguna di mana pun mereka berada.
Sebagai contoh ketika kita memiliki sebuah perusahaan pembuat software, kita dapat membangun aplikasi kita sendiri di atas layanan PaaS. Hal ini dikarenakan PaaS juga memberi alternatif lain. Alih-alih memasang software di server konsumen, kita bisa memasang software tersebut di server milik penyedia layanan PaaS, lalu menjualnya ke konsumen dalam bentuk langganan. Dengan kata lain, kita membuat sebuah SaaS. Adapun contoh vendor penyedia layanan Paas adalah Microsoft Azure dan Amazon Web Services.

3. Infrastructure as a Service (IaaS)

IaaS adalah sebuah model layanan dimana penyedia cloud menyediakan hardware / perangkat keras (komputer server, penyimpanan data, jaringan, dll) untuk pelanggan. Manajemen perangkat keras menjadi tanggung jawab penyedia layanan, dan pelanggan mengontrol operating system serta aplikasi yang diinstal ke dalam server.
Sebagai contoh, ketika konfigurasi yang disediakan oleh penyedia PaaS tidak sesuai dengan keinginan kita. Kita berniat menggunakan aplikasi yang memerlukan konfigurasi server yang unik dan tidak dapat dipenuhi oleh penyedia PaaS. Untuk keperluan seperti ini, kita dapat menggunakan layanan cloud computing tipe Infrastructure as a Service (IaaS). Pada IaaS, penyedia layanan hanya menyediakan sumber daya komputasi seperti processor, memori, dan storage yang sudah tervirtualisasi. Akan tetapi, penyedia layanan tidak memasang sistem operasi maupun aplikasi di atasnya. Pemilihan OS, aplikasi, maupun konfigurasi lainnya sepenuhnya berada pada kendali kita.
Jadi, layanan IaaS dapat dilihat sebagai proses migrasi server-server kita dari on-premise ke data center millik penyedia IaaS ini. Para vendor cloud computing lokal rata-rata menyediakan layanan model IaaS ini, dalam bentuk Virtual Private Server.

Perbandingan Kendali dan Tanggung Jawab SaaS, PaaS & IaaS

Dari ilustrasi diatas dapat kita lihat bahwa :
  • Pada SaaS,  Konsumen benar-benar hanya mengkonsumsi aplikasi yang disediakan, sedangkan seluruh stack merupakan tanggung jawab penyedia layanan cloud.
  • Pada PaaS, Konsumen memiliki kendali dan bertanggung jawab membuat aplikasi dan juga skema database-nya, sedangkan penyedia layanan cloud bertanggung jawab mengelola Networking hingga Runtime.
  • Pada IaaS, Konsumen sudah mulai bertanggung jawab untuk Operating System ke atas, sedangkan penyedia layanan Cloud bertanggung jawab untuk Networking hingga Virtualization
  • Dan dari ilustrasi gambar di atas juga menunjukkan arsitektur tradisional on-premise (bukan cloud),atau dengan kata lain “semua ada di data center kita”. Di sini kita bertanggung jawab untuk seluruh stack, dari Networking hingga Application
Apa keuntungan cloud computing bagi pengguna pribadi?
Kita tidak perlu mengupgrade aplikasi, tidak perlu menambah kapasitas RAM dan  Harddisk hanya demi menambahkan dan membuka aplikasi pada komputer/laptop, kita hanya memerlukan akses internet sehingga kita dapat terhubung dengan penyedia layanan. Hal ini memungkinkan bagi kita untuk dapat mengaksesnya dimanapun kita berada, dengan catatan kita dapat terhubung dengan internet. tentunya lebih fleksibel dan meringankan kan?
Sebagaimana disebutkan dalam sebuah makalah tahun 2008 yang dipublikasi IEEE Internet Computing “Cloud Computing adalah suatu paradigma di mana informasi secara permanen tersimpan di server di internet dan tersimpan secara sementara di komputer pengguna (client) termasuk di dalamnya adalah desktop, komputer tablet, notebook, handheld, sensor-sensor, monitor dan lain-lain.” Cloud computing memudahkan para usernya untuk dapat mengakses data dimanapun dia berada dengan catatan harus terkoneksi dengan jaringan internet dan memiliki akses ke layanan cloud computing itu sendiri.
Apa keuntungan bagi pebisnis/perusahaan?
Dalam hal ini, cloud computing memberikan banyak keringanan pada sebuah perusahaan. Selain dapat diakses dimanapun, manfaat lain yang terasa adalah ketika mereka harus mendirikan sebuah server, tentunya biaya yang dikeluarkan tidak sedikit. Belum lagi ketika mereka harus mengupgrade perangkat keras demi mendukung aplikasi yang digunakan dan mengupgrade aplikasinya tersebut, serta membayar banyak tenaga teknisi IT untuk pemeliharaannya, tentunya hal itu memakan banyak biaya dan tenaga. Melalui cloud computing, perusahaan akan difokuskan pada bagaimana menjalankan bisnis mereka yang sesungguhnya tanpa harus dipusingkan dengan hal-hal yang terjadi seperti diungkapkan diatas.
Lalu apa peranannya dalam dunia pendidikan?
Tampaknya hal ini sudah dipikirkan oleh orang-orang yang peduli akan dunia pendidikan. Saat ini telah banyak  hadir aplikasi berbasis web yang dapat digunakan secara gratis oleh user. selain itu, cloud computing juga memudahkan mereka untuk berbagi informasi, berbagi data dan saling bantu-membantu dalam hal pengadaan media untuk pendidikan. Contohnya Pixlr dan iPiccy (media editor online) dalam pembelajaran fotografi, Google doc dan Microsoft office webs apps dan masih banyak lagi. Bayangkan ketika komputer yang ada di sekolah masih pentium 3 dengan kapasitas harddisk dan RAM yang kurang?tentunya hal ini menyulitkan guru dalam menggunakan beragam aplikasi yang diperlukan dalam proses pembelajaran.
Dalam hal keamanan
Sekarang ini yang menjadi ketakutan publik dalam mengadopsi budaya baru ini adalah isu tentang masalah keamanan. Namun hal ini hanya menjadi penghambat bagi dunia luas untuk menuju ke arah yang lebih cerah. Tentunya penyedia layanan cloud computing telah memperhitungkan dan mempersiapkan tingkat keamanan yang lebih baik di masa mendatang karena server yang mereka kelola digunakan olehkepentingan orang banyak.
Walaupun di luaran perebutan kapling awan ini begitu ingar-bingar, tidak demikian dengan di tanah air Indonesia tercinta ini. Pemain yang benar-benar mencoba masuk di area ini masih sangat sedikit, bahkan jumlahnya bisa dibilang belum sebanyak jari sebelah tangan.
Salah satu yang cukup serius bermain di area ini adalah PT Telkom, yang setidaknya saat ini sudah menawarkan dua layanan aplikasi berbasis Software as a Service. Salah satunya melalui anak usahanya, Sigma Cipta Caraka, yang menawarkan layanan aplikasi core banking bagi bank kecil-menengah.
Kemudian bekerjasama dengan IBM Indonesia dan mitra bisnisnya, PT Codephile, Telkom menawarkan layanan e-Office on Demand untuk kebutuhan kolaborasi/korespondensi di dalam suatu perusahaan atau organisasi.
Sepinya sambutan dunia teknologi informasi dalam negeri terhadap Cloud Computing ini, mungkin disebabkan beberapa faktor, di antaranya:
1. Penetrasi infrastruktur internet yang bisa dibilang masih terbatas.
2. Tingkat kematangan pengguna internet, yang masih menjadikan media internet utamanya sebagai media hiburan atau sosialisasi.
3. Tingginya investasi yang dibutuhkan menyediakan layanan cloud ini, karena harus merupakan kombinasi antara infrastruktur jaringan, hardware dan software sekaligus.
Namun demikian, sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-5 di dunia–yang berarti juga pasar terbesar ke-5 di dunia–para pelaku teknologi informasi dalam negeri harus sesegera mungkin mempersiapkan diri dalam arti mulai mengembangkan layanan-layanan yang siap di-cloud-kan.
Sehingga saat gelombang besar Cloud Computing ini sampai di sini, tidak hanya pemain asing besar saja yang akan menangguk keuntungan. Tentu saja peran pemerintah sebagai fasilitator dan regulator sangat diperlukan di sini, karena sekali lagi: Everybody wants to be in the Cloud!

Sumber terkait :